Serakah, Tabot Dirusak Rohidin & Syafril

BENGKULU - Tabot merupakan satu satunya warisan tak Benda di Bengkulu yang mampu membawa Bengkulu melaju ke event nasional bahkan internasional. Namun sayang tabot saat ini sudah kehilangan makna, disebabkan keserakahan.


Hal ini disampaikan oleh Keluarga Kerukunan Tabot (KKT), Heryandi Amin.


"Setiap pelaksanaan even tabot selalu berakhir di tangan APH," kata dia.


Contoh, sambung Heryandi, pada pelaksanaan tabot 2023,  pengurus tabot sempat dipanggil dan diperiksa penyidik reskrim Polda Bengkulu terkait penggunaan anggaran Lapak tabot dikawasan lapangan merdeka dan sekitarnya.


"Ir Syafril sudah beberapa kali dipanggil dan diperiksaa penyidik Polda," ujar Heryandi.


Tidak itu saja, pelaksaan ritual tabot juga berubah prosesi malam menjara 1 dan menjara 2 juga tidak lagi melintasi rute seperti yang biasa di lewati. Dan kelompok tabot menjara tidak melintas Kelurahan Berkas padahal di Kelurahan Berkas ada pusaka  terompet tabot.


"Syafril ini merubah prosesi ritual dan tidak bisa tegas. Kelurahan Berkas itu tampat nenek saya tinggal setiap tahun keluarga tabot lewat dan soja ke rumah nenek," tambah Herandi Amin, Cucu Senah Berkas pewaris terompet tabot.


Di era Rohidin sebagai gubernur, lanjutnya, prosesi ritual tabot semakin tidak dihargai dan rusak.


"Prosesi tabot bersanding itu malam hari kesembilan malam 10 Muharam, tapi di era Rohidin tabot bersanding pada hari ke 4 Muharam. Jadi ini syafril dan Rohidin merusak budaya warisan leluhur," tegas Heryandi Amin.


Prosesi ritual tabot diketahui pada malam 1 Muharam diawali berdo'a pada sore hari sebelum ritual ambik tanah. Di hari berikutnya dilanjutkan dengan prosesi menjara satu dan menjara dua, arak jari jari, arak surban dan pada hari ke-9 naik puncak dan pada  malam ke-10 tabot bersanding.


"Dan prosesi ini tidak lagi dijalan kan sesuai warisan leluhur," kata Heri.