BeritaBengkulu.id - Komunitas penyelam Bengkulu, Rafflesia Bengkulu Diving Center (RBDC), menanam terumbu buatan atau "artificial reef" di sekitar perairan Pulau Tikus untuk memulihkan habitat terumbu karang yang terganggu akibat berbagai eksploitasi.
"Terumbu buatan terbuat dari patung penyu diletakkan di sekitar terumbu karang yang masih hidup dengan harapan memperbaiki kerusakan ekosistem," kata Koordinator RBDC, Ari Anggoro.
Terumbu buatan ini merupakan salah satu usaha konservasi terumbu karang, dengan meletakkan benda-benda keras, seperti kapal bekas, mobil bekas dan bahan-bahan beton lainnya di dasar laut, yang nantinya benda-benda tersebut dapat menjadi tempat menempelnya polip-polip karang yang baru.
Terumbu buatan pada awalnya digunakan untuk meningkatkan hasil tangkapan pada daerah-daerah yang kurang produktif, seperti pantai berpasir atau lumpur dan untuk meningkatkan penghasilan nelayan-nelayan kecil yang tidak mampu menangkap ikan di laut terbuka.
"Kemudian terumbu buatan ini menjadi objek penelitian untuk mengamati lebih jauh tentang pengaruh kehadiran terumbu buatan terhadap lingkungan setempat, baik fisik maupun biologis dan dampaknya baik untuk memulihkan ekosistem," kata dia.
Penanaman terumbu buatan tersebut menurut dia bagian dari rangkaian peringatan Hari Bumi 2017 yang dipusatkan di Pulau Tikus, pulau kecil berjarak 10 mil laut dari Kota Bengkulu.
Ari menambahkan, selain perbaikan dan pemulihan habitat yang rusak, terumbu buatan juga berfungsi untuk penyediaan areal untuk penyelaman bagi pariwisata dan rekreasi dan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Terumbu karang Pulau Tikus seluas 200 hektare memiliki nilai yang sangat tinggi baik dari segi ekologis maupun dari sisi ekonomi. Terumbu karang tempat hidup beraneka ragam biota laut yang saling berinteraksi membentuk suatu ekosistem.
Namun, eksploitasi berlebihan seperti penangkapan ikan dengan alat tangkap ilegal, menggunakan bahan peledak, penggunaan sianida (potas) hingga penambangan batu karang digunakan untuk bahan bangunan menjadi ancaman kelestarian terumbu karang.
"Kelestarian terumbu karang juga menentukan keselamatanm daratan Pulau Tikus yang terus menyusut akibat abrasi tinggi," katanya.
Pulau Tikus dengan daratan seluas 0,6 hektare ditopang habitat karang seluas 200 hektare. Pulau tak berpenghuni ini berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan saat cuaca buruk melanda perairan pantai barat Sumatera.
(Arh)
Pulau Tikus Bengkulu Ditanam Terumbu Buatan
BeritaBengkulu.id - Komunitas penyelam Bengkulu, Rafflesia Bengkulu Diving Center (RBDC), menanam terumbu buatan atau "artificial reef" di sekitar perairan Pulau Tikus untuk memulihkan habitat terumbu karang yang terganggu akibat berbagai eksploitasi.
"Terumbu buatan terbuat dari patung penyu diletakkan di sekitar terumbu karang yang masih hidup dengan harapan memperbaiki kerusakan ekosistem," kata Koordinator RBDC, Ari Anggoro.
Terumbu buatan ini merupakan salah satu usaha konservasi terumbu karang, dengan meletakkan benda-benda keras, seperti kapal bekas, mobil bekas dan bahan-bahan beton lainnya di dasar laut, yang nantinya benda-benda tersebut dapat menjadi tempat menempelnya polip-polip karang yang baru.
Terumbu buatan pada awalnya digunakan untuk meningkatkan hasil tangkapan pada daerah-daerah yang kurang produktif, seperti pantai berpasir atau lumpur dan untuk meningkatkan penghasilan nelayan-nelayan kecil yang tidak mampu menangkap ikan di laut terbuka.
"Kemudian terumbu buatan ini menjadi objek penelitian untuk mengamati lebih jauh tentang pengaruh kehadiran terumbu buatan terhadap lingkungan setempat, baik fisik maupun biologis dan dampaknya baik untuk memulihkan ekosistem," kata dia.
Penanaman terumbu buatan tersebut menurut dia bagian dari rangkaian peringatan Hari Bumi 2017 yang dipusatkan di Pulau Tikus, pulau kecil berjarak 10 mil laut dari Kota Bengkulu.
Ari menambahkan, selain perbaikan dan pemulihan habitat yang rusak, terumbu buatan juga berfungsi untuk penyediaan areal untuk penyelaman bagi pariwisata dan rekreasi dan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Terumbu karang Pulau Tikus seluas 200 hektare memiliki nilai yang sangat tinggi baik dari segi ekologis maupun dari sisi ekonomi. Terumbu karang tempat hidup beraneka ragam biota laut yang saling berinteraksi membentuk suatu ekosistem.
Namun, eksploitasi berlebihan seperti penangkapan ikan dengan alat tangkap ilegal, menggunakan bahan peledak, penggunaan sianida (potas) hingga penambangan batu karang digunakan untuk bahan bangunan menjadi ancaman kelestarian terumbu karang.
"Kelestarian terumbu karang juga menentukan keselamatanm daratan Pulau Tikus yang terus menyusut akibat abrasi tinggi," katanya.
Pulau Tikus dengan daratan seluas 0,6 hektare ditopang habitat karang seluas 200 hektare. Pulau tak berpenghuni ini berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan saat cuaca buruk melanda perairan pantai barat Sumatera.
(Arh)